SELECTIVE PERCEPTION
MAKALAH MANAJEMEN RADIOLOGI
SELECTIVE PERCEPTION
DISUSUN OLEH :
Anindya Windy P (P17430212073)
Anita
Nur Mayani (P17430212075)
Fendy
Aprilian P (P17430212078)
Ghea
Surya Mutiara (P17430212080)
Ike
Ade Nur L (P17430212084)
Raga
Jatra M (P17430212094)
Rismawati
Dian A (P17430212095)
Yusron
Adi Utomo (P17430212100)
KELOMPOK 1
REGULER IIIC
PROGRAM STUDI DIV TEKNIK RADIOLOGI
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Selective Perception“.
Penyusunan makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas Manajemen
Radiologi kelas Reguler III-C
Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang.
Dalam
penyusunan makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan serta bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak
Sugiyanto, S.Pd, M.App. Sc selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Semarang yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk
menyelesaikan makalah.
2. Ibu Rini Indrati, S.Si, M.Kes,
selaku Ketua Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang yang telah
memberikan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah.
3. Ibu
Siti Masrochah, S.Si, M.Kes selaku Ketua program studi DIV Teknik Radiologi yang
telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan
makalah.
4. Bapak
Drs. J. Dahjono, DMHE, MM selaku
Dosen Pengampu mata kuliah Manajemen Radiologi yang telah membimbing penulis dalam melakukan
penulisan.
5. Orang
tua penulis yang selalu memberi dorongan dan motivasi kepada penulis
6. Rekan-
rekan Reguler IIIC yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada penulis
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
7. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu
per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan koreksi dan
saran untuk dikaji dalam penyempurnaan makalah ini.
Akhir
kata penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi seluruh
mahasiswa secara umum
dan mahasiswa Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan radioterapi Semarang secara
khusus.
Semarang, Desember 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual, maka
terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya (Wolberg
1967). Adanya perbedaan inilah yang antara lain menyebabkan mengapa seseorang
menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci obyek
tersebut. Haal ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapi obyek
tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah
laku, dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.
Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian. Menurut
sesYoung (1956) persepsi merupakan aktivitas, mengindera, mengintegrasikan dan
memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial dan
penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang
ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan akan diolah bersama-sama
dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa
harapan-harapan, niali-nilai, sikap ingatan dan lain-lain.
Menurut wagito (1981) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses psikologi
dan hasil dari penginderaan serta protes terakhir dari kesadaran, sehingga
membentuk proses berpikir. Di dalam proses persepsi individu dituntut untuk
memberikan penilaian terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positif/negatif,
senang atau tidak senang dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan
terbentuk, yaitu sikap yaitu suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau
bertindak secara tertentu di dalam situasi yang tertentu pula.
Istilah persepsi menurut adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam
memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan
sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang
dipersepsi). Melalui persepsi kita dapat mengenali dunia sekitar kita, yaitu
seluruh dunia yang terdiri dari benda serta manusia dengan segala
kejadian-kejadiannya. Dengan persepsi kita dapat berinteraksi dengan
dunia sekeliling kita, khususnya antar manusia. Dalam kehidupan sosial di kelas
tidak lepas dari interaksi antara mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa dengan
dosen. Adanya interaksi antar komponen yang ada di dalam kelas menjadikan
masing-masing komponen (mahasiswa dan dosen) akan saling memberi tanggapan,
penilaian dan persepsinya.
Dalam persepsi seseorang juga melalui proses seleksi. Seleksi adalah proses
seseorang memilih dan menentukan marketing stimuli karena tiap individu adalah
unik dalam kebutuhan, keinginan dan pengalaman, sikap dan karakter pribadi
masing-masing orang. Menurut Shiffman dan Kanuk (2000) dalam seleksi ada proses
selective perception.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis
mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa pengertian dari distorsi
perceptual ?
2.
Apa pengertian dari selective
perception ?
3.
Bagaimana konsep-konsep
selective perception ?
C.
TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penulis
mengemukakan tujuan penulisan sebagai berikut :
1.
Mengetahui tentang pengertian
distorsi perceptual.
2.
Mengetahui tentang pengertian
selective perception.
3.
Mengetahui konsep-konsep
selective perception.
D.
MANFAAT PENULISAN
Berdasarkan tujuan penulisan diatas, penulis
mengemukakan manfaat penulisan sebagai berikut :
1.
Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis
mengenai salah satu dampak distorsi perceptual yaitu selective perception.
2.
Bagi Pembaca
Memberikan informasi kepada
pembaca mengenai salah satu dampak distorsi perceptual yaitu selective
perception.
3.
Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi dan informasi
bagi mahasiswa Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
PENGERTIAN PERSEPSI
Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih,
mengorganisasikan, dan menafsirkan ransangan dari lingkungan kita, dan proses
tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan
penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan
peyandian-balik atau Decoding dalam proses komunikasi. Persepsi dikatakan inti
komunikasi karena jika persepsi kita tidak akurat, komunikasi yang terjadi
tidak akan efektif. Persepsilah yang menentukan kita akan menanggapi atau
mengabaikan suatu pesan. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar
individu, semakin mudah dan sering mereka berkomunikasi, dan sebagai
konekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau identitas.
Beberapa pengertian persepsi menurut ahli, yaitu :
1. Brian Fellows
Persepsi adalah proses yang
memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis informasi
2. Kenneth Goodrace dan Edward M.Badaken
Persepsi adalah sarana yang
memungkinkan kita memperoleh kesadaran akan sekeliling dan lingkungan kita.
3. Philip Goodarace and Jennifer Follers
Persepsi adalah proses mental yang
digunakan untuk mengenali rangsangan
4. Joseph A. De Vito
Persepsi adalah proses yang menjadikan kita sadar akan
banyaknya stimulus yang memengaruhi indera kita.
Persepsi meliputi penginderaan (sensasi) melalui alat-alat indera kita,
atensi, dan interpretasi. Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken, juga
Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, menyebutkan bahwa persepsi terdiri dari
tiga aktifitas yaitu: seleksi, organisasi, dan interpretasi. Ketiga aktifitas
ini tidak dapat dibedekan secara tegas, kapan suatu tahap dimulai dan kapan
suatu tahap berakhir. Namun dalam beberapa kasus, ketiga tahap ini berjalan
secara serempak.
Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi suatu pesan dari
slah satu atau lebih indera kita. Dan persepsi manusia sebenarnya terbagi atas
dua : perspsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia.
Persepsi terhadap manusia kan menjadi kompleks, karena manusia bersifat
dinamis. Persepsi terhadap manusia sering disebut persepsi sosial.
Persepsi terhadap lingkungan fisik berbeda dengan persepsi terhadap persepsi
lingkungan sosial. Perbedaan tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut :
1.
Persepsi terhadap objek melalui
lambang-lambang fisik, sedangkan persepsi terhadap orang melalui lambang verbal
dan nonverbal. Manusia lebih aktif daripada kebanyakan objek dan lebih sulit
diramalkan
2.
Persepsi terhadap objek menanggapi
sifat-sifat luar, sedangkan persepsi terhadap manusia menangggapisifat luar dan
dalam (perasaan, motif, harapan dan sebagainya).
3.
Objek tidak beraksi, sedangkan
manusia beraksi.
B.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
Faktor-faktor
yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Faktor
Internal
Faktor internal yang mempengaruhi
persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup
beberapa hal antara lain :
a.
Fisiologis
Informasi masuk melalui alat indera,
selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha
untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk
mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap
lingkungan juga dapat berbeda.
b.
Perhatian
Individu memerlukan sejumlah energi
yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan
fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda
sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan
mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
c.
Minat
Persepsi terhadap suatu obyek
bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance
yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan
seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan
sebagai minat.
d.
Kebutuhan yang searah
Faktor ini dapat dilihat dari
bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat
memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
e.
Pengalaman dan ingatan
Pengalaman dapat dikatakan
tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat
kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
f.
Suasana hati
Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang,
mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat
mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
2. Faktor
Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi
persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat
didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang
terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya
atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
persepsi adalah :
a.
Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus.
Faktor ini menyatakan bahwa semakin
besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini
akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu
obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
b.
Warna dari obyek-obyek.
Obyek-obyek yang mempunyai cahaya
lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan
yang sedikit.
c.
Keunikan dan kekontrasan stimulus
Stimulus luar yang penampilannya
dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan
individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
d.
Intensitas dan kekuatan dari stimulus
Stimulus dari luar akan memberi
makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya
sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang
bisa mempengaruhi persepsi
e.
Motion atau gerakan
Individu akan banyak memberikan
perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan
dibandingkan obyek yang diam.
C.
PERSEPSI SEBAGAI INTI KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Persepsi dikatakan inti komunikasi karena persepsi sangat mempengaruhi
proses komunikasi yang dilakukan baik komunikasi interpersonal maupun
komunikasi intrapersonal. Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang
terjadi dalam diri seseorang. Misal berfikir, menulis, merenung, menggambar dan
sebagainya. Sedangkan komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan
oleh seseorang dengan orang lain atau kelompok, misal mengobrol lewat telepon,
korespondensi dll.
Persepsi atau cara pandang kita terhadap sesuatu akan menentukan jenis dan
kualitas komunikasi yang kita lakukan. Misal kita berhadapan dengan seseorang
yang kita persepsikan baik, maka komunikasi yang kita lakukan dengannya pun
akan baik pula, begitu juga sebaliknya.
Definisi cantik menurut orang yang satu dengan yang lain pasti mempunyai
jawaban yang berbeda-beda, mungkin ada yang menjawab cantik itu gendut, ramping
atau bahkan kurus kering. Hal itu dikarenakan persepsi setiap orang atau
kelompok dalam memandang suatu hal berbeda-beda yang dipengaruhi oleh latar
belakang budaya, pengalaman, psikologi dan kondisi faktual yang saat itu kita
tangkap. Kecantikan menurut orang dayak adalah seseorang yang memakai banyak
anting sampai daun telinganya menjuntai ke bawah. Menurut penduduk fiji,
kecantikan dilihat dari kemampuan reproduksi yakni tubuh yang subur dan
keturunan yang banyak. Berbeda dengan masyarakat modern kota, kecantikan
diartikan sebagai seorang wanita yang bertubuh ramping, putih, dan berambut
lurus. Sesuatu diintepretasikan berbeda-beda oleh setiap orang dan kelompok
tergantung latar belakangnya masing-masing.
D.
PROSES TERBENTUKNYA PERSEPSI
Perceptual
process atau proses persepsi meliputi 3 (tiga) tahap yaitu :
1.
Sensasi (asensi)
Sensasi adalah proses pengiriman
pesan ke otak melalui panca indera yaitu mata, hidung, telinga, lidah, kulit.
Panca indera adalah reseptor yang menghubungkan otak kita dengan lingkungan
sekitar. Informasi yang kita tangkap dari proses melihat, mencium, mendengar,
merasakan, dan meraba tersebut kita proses kembali untuk dapat menghasilkan
persepsi terhadap sesuatu. Misal melihat pantai, mencium parfum, bersalaman,
mencicipi masakan. Setelah informasi itu kita tangkap dan kita rekam dalam otak
kita masuk dalam terhadap atensi.
2.
Atensi
Atensi adalah suatu tahap dimana
kita memperhatikan informasi yang telah ada sebelum kita
menginterpretasikannya. Sebenarnya banyak sekali hal yang tertangkap oleh panca
indera, namun tidak semua kita perhatikan. Misal kita mengobrol lewat telepon,
informasi yang kita perhatikan hanyalah suara lawan bicara meskipun saat itu
kita juga sedang membaca koran atau makan bakwan, ketika melihat sekumpulan
orang berpakaian hitam, dan ada satu orang berpakaian putih, tentunya kita
lebih memperhatikan yang berbaju putih, hal ini terjadi karena kita hanya akan
memperhatikan apa yang kita anggap paling bermakna bagi kita, paling berbeda
dan paling menarik perhatian.
3.
Interpretasi
Tahap interpretasi adalah tahap
terakhir. Jika persepsi dikatakan sebagai inti komunikasi, maka interpretasi
adalah inti dari persepsi. Interpretasi adalah proses penafsiran informasi atau
pemberian makna dari informasi yang telah kita tangkap dan kita perhatikan.
Ketika mata kita melihat matahari terbenam di pantai kemudian kita perhatikan,
maka secara tidak langsung kita akan menginterpretasikan pantai tersebut.
Apakah menurut kita indah, biasa saja atau bahkan jelek. Pendapat atau persepsi
yang dihasilkan tentunya akan beragam tergantung latar belakang kita masing-masing.
Sensasi, atensi dan interpretasi
adalah tahapan-tahapan yang dilalui untuk menghasilkan persepsi, semakin sama
persepsi setiap orang, maka semakin efektif komunikasi yang dilakukan. Persepsi
setiap orang akan sama jika mereka berasal dari latar belakang yang sama. Misal
sama-sama orang desa, sama-sama orang jaqwa dan sama-sama orang gila.
Persepsi-persepsi yang ada pada diri
kita akan mempengaruhi proses komunikasi yang kita lakukan, karena itu
berfikirlah positifdan obyektif dalam memandang sesuatu.
E.
SIFAT PERSEPSI
Beberapa hal yang patut kita pelajari menyangkut persoalan dalam persepsi
ini, Mulyana (2000: 176-196) mengungkapkan hal-hal berikut:
1. Persepsi mendasarkan pada pengalaman
Dikemukakan bahwa pola-pola perilaku
seseorang itu berdasarkan persepsi mengenai realitas sosial yang telah
dipelajarinya (pada masa lalu). Artinya, persepsi kita terhadap seseorang,
objek, atau kejadian, dan reaksi kita terhadap hal-hal itu amat tergantung pada
pengalaman masa lalu berkaitan dengan orang, objek atau kejadian serupa.
Seperti halnya cara kita bekerja, menilai pekerjaan yang baik bagi kita, cara
kita makan, cara kita menilai kecantikan; semua ini amat tergantung pada apa
yang telah diajarkan budaya kita mengenai hal-hal tersebut.
2. Persepsi
bersifat selektif
Pada dasarnya melalui indera kita,
setiap saat diri kita ini dirangsang dengan berjuta rangsangan. Jika kita harus
memberikan tafsiran atas semua rangsangan itu, maka kita ini bisa menjadi gila.
Karena itu, kita dituntut untuk mengatasi kerumitan tersebut dengan
memperhatikan hal-hal yang menarik bagi kita. Atensi kita pada dasarnya
merupakan faktor utama dalam menentukan seleksi atas rangsangan yang masuk ke
dalam diri kita.
3. Persepsi
bersifat dugaan
Karena pada dasarnya data yang kita
peroleh melalui penginderaan tidak pernah lengkap, makasering kita melakukan
dugaan atau langsung melakukan penyimpulan. Coba perhatikan gambar apa yang
bisa dibuat dengan ketiga titik dan keempat titik berikut ini.
4. Persepsi
bersifat evaluative
Tidak sedikit orang beranggapan
bahwa apa yang mereka persepsikan sebagai sesuatu yang nyata. Artinya, perasaan
seseorang sering mempengaruhi persepsinya, padahal hal tersebut bukanlah
sesuatu yang objektif. Kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman masa
lalu dan kepentingan subjektif kita sendiri. Karena itu persepsi bersifat
evaluatif; merupakan proses kognitif yang mencerminkan sikap, kepercayaan,
nilai dan pengharapan dengan memaknai objek persepsi itu sendiri.
5. Persepsi bersifat kontekstual
Dari setiap peristiwa komunikasi,
seseorang selalu dituntut untuk mengorganisasikan rangsangan menjadi suatu
persepsi. Konteks nampaknya berpengaruh kuat atas persepsi yang terbentuk dalam
diri seseorang. Sebagai contoh, terhadap gambar seseorang bisa mengatakan bahwa
itu adalah angka 13 karena konteksnya adalah angka-angka lainnya, yaitu 11, 12,
14 dan 15. Tetapi bagi seseorang yang memiliki konteks huruf-huruf A, C, D dan
E, maka gambar tersebut adalah huruf B.
Meskipun sesungguhnya banyak informasi yang kita perlukan untuk melakukan
persepsi terhadap orang lain, namun paling tidak ada tiga jenis informasi
terpenting yang perlu kita ketahui, yaitu tujuan orang tersebut, kondisi
internalnya (psikologis), dan kesamaan antara kita dengan orang tersebut. Mempersepsi
tujuan orang lain memiliki beberapa arti bagi kita dalam berkomunikasi. Adalah
hal yang tidak mungkin bagi kita untuk secara nyata mengamati kondisi internal
orang lain. Namun melalui pengamatan terhadap perilakunya, kita dapat
menyimpulkan bagaimana sikap, keyakinan dan nilai orang tersebut.
Ada anggapan bahwa elemen non-verbal dari perilaku merupakan refleksi yang
paling akurat dari perasaan atau kondisi internal seseorang. Sementara itu,
adanya kesamaan antara kita dengan orang yang kita ajak berkomunikasi akan
mendorong rasa saling menyukai. Keadaan semacam ini akan membantu kita untuk
merasa lebih nyaman dalam melanjutkan komunikasi
F.
KEKELIURAN DAN KEGAGALAN PERSEPSI
Persepsi kita sering tidak cermat. Salah satu penyebabnya adalah asumsi
atau pengharapan kita. Beberapa bentuk kekeliruan dan kegagalan persepsi adalah
sebagai berikut :
1. Kesalahan
Atribusi
Atribusi
adalah proses internal dalam diri kita untuk memahami penyebab perilaku orang
lain. Dalam usaha mengetahui orang lain, kita menggunakan beberapa sumber
informasi. Misalnya, kita mengamati penampilan fisik seseorang, karena faktor
seperti usia, gaya pakaian, dan daya tarik dapat memberikan isyarat mengenai
sifat-sifat utama mereka.
Kesalahan
atribusi bisa terjadi ketika kita salah menaksir makna pesan atau maksud
perilaku si pembicara.atribusi kita juga keliru bila kita menyangka bahwa
perilaku seseorang disebabkan oleh faktor internal, padahal justru faktor
eksternal-lah yang menyebabkannya, atau sebaliknya kita menduga faktor
eksternal yang menggerakkan seseorang, padahal faktor internal-lah yang
membangkitkan perilakunya.
Salah satu
sumber kesalahan atribusi lainnya adalah pesan yang dipersepsi tidak utuh atau
tidak lengkap, sehingga kita berusaha menafsirkan pesan tersebut dengan
menafsirkan sendiri kekurangannya, atau mengisi kesenjangan dan mempersepsi
rangsangan atau pola yang tidak lengkap itu sebagai lengkap.
2. Efek Halo
Kesalahan
persepsi yang disebut efek halo (halo effects) merujuk pada fakta bahwa begitu
kita membentuk suatu kesan menyeluruh mengenai seseorang, kesan yang menyeluruh
ini cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian kita akan
sifat-sifatnya yang spesifik. Efek halo ini memang lazim dan berpengaruh kuat
sekali pada diri kita dalam menilai orang-orang yang bersangkutan. Bila kita
sangat terkesan oleh seseorang, karena kepemimpinannya atau keahliannya dalam
suatu bidang, kita cenderung memperluas kesan awal kita. Bila ia baik dalam
satu hal, maka seolah-olah ia pun baik dalam hal lainnya.
Kesan menyeluruh
itu sering kita peroleh dari kesan pertama, yang biasanya berpengaruh kuat dan
sulit digoyahkan. Para pakar menyebut hal itu sebagai “hukum keprimaan” (law of
primacy). Celakanya, kesan awal kita yang positif atas penampilan fisik
seseorang sering mempengaruhi persepsi kita akan prospek hidupnya. Misalnya,
orang yang berpenampilan lebih menarik dianggap berpeluang lebih besar dalam
hidupnya (karir, perkawinan, dan sebagainya).
3. Stereotif
Kesulitan
komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping), yakni
menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk
asumsi mengenai mereka berdasarakan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok.
Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang dan
objek-objek ke dalam kategori-kategori yang mapan, atau penilaian mengenai
orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang dianggap
sesuai, alih-alih berdasarkan karakteristik individual mereka.
Contoh
stereotip ini banyak sekali, misalnya:
a.
Laki-laki berpikir logis
b.
Wanita bersikap emosional
c.
Orang berkulit hitam pencuri
d.
Orang Meksiko pemalas
e.
Orang Yahudi cerdas
f.
Orang Prancis penggemar wanita, anggur, dan makanan
enak
g.
Orang Cina pandai memasak
h.
Orang Batak kasar
i.
Orang Padang pelit
j.
Orang Jawa halus pembawaan
k.
Lelaki Sunda suka kawin cerai dan pelit memberi uang
belanja
l.
Wanita Jawa tidak baik menikah dengan lelaki Sunda
(karena suku Jawa dianggap lebih tua daripada suku Sunda
m.
Orang Tasikmalaya tukang kredit
n.
Orang berkaca mata minus jenius
o.
Orang berjenggot fundamentalis (padahal kambing juga
berjenggot), dll.
Pada umumnya, stereotip bersifat negatif. Stereotip
ini tidaklah berbahaya sejauh kita simpan dalam kepala kita. Akan tetapi
bahayanya sangat nyata bila stereotip ini diaktifkan dalam hubungan manusia.
Apa yang anda persepsi sangat dipengaruhi oleh apa yang anda harapkan. Ketika
anda mengharapkan orang lain berperilaku tertentu, anda mungkin
mengkomunikasikan pengharapan anda kepada mereka dengan cara-cara yang sangat halus,
sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan berperilaku sesuai dengan
yang anda harapkan.
4. Prasangka
Suatu
kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, suatu konsep
yang sangat dekat dengan stereotip. Beberapa pakar cenderung menganggap bahwa
stereotip itu identik dengan prasangka, seperti Donald Edgar dan Joe R. Fagin.
Dapat dikatakan bahwa stereotip merupakan komponen kognitif (kepercayaan) dari
prasangka, sedangkan prasangka juga berdimensi perilaku. Jadi prasangka ini konsekuensi
dari stereotip, dan lebih teramati daripada stereotip. Menurut Ian Robertson,
pikiran berprasangka selalu menggunakan citra mental yang kaku yang meringkas
apapun yang dipercayai sebagai khas suatu kelompok. Citra demikian disebut
stereotip.
Meskipun
kita cenderung menganggap prasangka berdasarkan suatu dekotomi, yakni
berprasangka atau tidak berprasangka, lebih bermanfaat untuk menganggap
prasangka ini sebagai bervariasi dalam suatu rentang dari tingkat rendah hingga
tingkat tinggi. Sebagaimana stereotip, prasangka ini alamiah dan tidak
terhindarkan. Pengguanaan prasangka memungkinkan kita mereespon lingkungan
secara umum, sehingga terlalu menyederhanakan masalah.
5. Gegar Budaya
Menurut
Kalvero Oberg, gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan karena hilangnya
tanda-tanda yang sudah dikenal dan simbol-simbol hubungan sosial. Lundstedt
mengatakan bahwa gegar budaya adalah suatu bentuk ketidakmamapuan menyesuaikan
diri (personality mal-adjustment) yang merupakan suatu reaksi terhadap upaya
sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang
baru. Sedangkan menurut P. Harris dan R. Moran, gegar budaya adalah suatu
trauma umum yang dialami seseorang dalam suatu budaya yang baru dan berbeda
karena harus belajar dan mengatasi begitu banyak nilai budaya dan pengharapan
baru, sementara nilai budaya dan pengharapan budaya lama tidak lagi sesuai.
Kita tidak
langsung mengalami gegar budaya ketika kita memasuki lingkungan budaya yang
baru. Fenomena itu dapat digambarkan dalam beberapa tahap. Peter S. Adler
mengemukakan lima tahap dalam pengalaman transisional ini, yaitu :
a. Tahap kontak
Ditandai dengan kesenangan,
keheranan, dan kekagetan, karena kita melihat hal-hal yang eksotik, unik, dan
luar biasa.
b.
Tahap
disintegrasi
Terjadi ketika perilaku, nilai, dan
sikap yang berbeda mengganggu realitas perseptual kita.
c.
Tahap
reintegrasi
Ditandai dengan penolakan atas
budaya, kita menolak kemiripan dan perbedaan budaya melalui penstereotipan,
generalisasi, evaluasi, perilaku, dan sikap yang sserba menilai.
d.
Tahap
otonomi
Ditandai dengan kepekaan budaya dan
keluwesan pribadi yang meningkat, pemahaman atas budaya baru, dan kemampuan
menyesuaikan diri dengan budaya baru kita.
e. Tahap independensi
Ditandai dengan kita mulai menghargai kemiripan dan
perbedaan budaya, bahkan menikmatinya.
Gegar budaya ini dalam berbagai bentuknya adalah
fenomena yang alamiah saja. Intensitasnya dipengaruhi oleh berbagai faktor,
yang pada dasarnya terbagi dua, yaitu: faktor internal (cirri-ciri kepribadian
orang yang bersangkutan), dan faktor eksternal (kerumitan budaya atau
lingkungan budaya baru yang dimasuki). Tidak ada kepastian kapan gegar budaya
ini akan muncul dihitung sejak kita memasuki suatu budaya lain.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN DISTORSI PERSEPTUAL
Distorsi perceptual adalah
penafsiran kembali sebuah situasi sedemikian rupa sehingga tidak lagi dirasakan
terlalu mengancam. Ketika pertahanan yang dilakukan seseorang runtuh dan merasa
dirinya hancur berkeping-keping disebut sebagai psikosis. Akibatnya perilaku indivisu
menjadi tidak konsisten, kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak nyambung,
emosinya tidak tertata, tidak mampu membedakan antara diri dan bukan diri serta
menjadi individu yang tidak punya arah dan pasif.
B.
PENGERTIAN SELECTIVE PERCEPTION
Selective perception
adalah kecenderungan melihat atau memperhatikan satu aspek dari aspek-aspek
situasi atau atribut seseorang yang memperkuat
atau tampak konsisten dengan keyakinan, nilai atau kebutuhan seseorang. Setiap
orang memperhatikan , mengorganisasikan dan menafsirkan semua pengalamannya
secara selektif. Stimuli secara secara selektif artinya, stimuli di urutkan,
dan selanjutnya, disajikan sebuah gambaran yang menyeluruh, lengkap, dan dapat
di indera. Tidak mudah memahami cara orang lain mengorganisasikan sekaligus
memikirkan cara kita sendiri. Setelah stimuli dipersepsi dan diorganisasikan
secara selektif, selanjutnya stimuli ditafsirkan secara selektif pula, artinya
stimuli diberi makna secara unik oleh orang yang menerimanya.
C.
KONSEP-KONSEP SELECTIVE PERCEPTION
Dalam persepsi seseorang juga melalui proses seleksi. Seleksi
adalah proses seseorang memilih dan menentukan marketing stimuli karena tiap
individu adalah unik dalan kebutuhan, keinginan dan pengalaman, sikap dan
karakter pribadi masing-masing orang. Menurut Shiffman dan Kanuk (2000) dalam
seleksi ada proses yang disebut selective perception consept. Adapun selective
perception concept, yaitu :
1.
Selective Exposure
Konsumen
secara efektif mencari pesan, menemukan kesenangan atau simpati mereka secara
aktif menghindari kesakitan atau ancaman disisi lainnya. Mereka secara efektif
membuka diri mereka kepada iklan-iklan yang menentramkan hati mereka mengenai
kebijaksanaan tentang kepuasan pembeliannya.
2.
Selective Attention
Konsumen
mengadakan transaksi pemilihan yang bagus dengan tujuan perhatian mereka
berikan pada rangsangan komersial. Mereka mempunyai kesadaran tinggi terhadap
rangsangan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Jadi konsumen mungkin
mengingat iklan untuk produk yang memuaskan kebutuhan mereka dan mengabaikan
yang tidak mereka butuhkan.
3.
Perceptual Defence
Konsumen
secara tidak sadar menyaring rangsangan yang mereka temukan berupa ancama
psikological, meskipun telah terdapat pembukaan. Jadi ancaman atau sebaliknya
rangsangan yang merusak mungkin lebih sedikit diterima secara sadar daripada
rangsangan netral pada level pembukaan yang sama.
4.
Perceptual Blocking
Konsumen
melindungi diri mereka dari rangsangan-rangsangan yang mereka anggap negative
dan mempunyai pengaruh buruk bagi riri mereka.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, penulis
mengemukakan kesimpulan sebagai berikut :
1.
Distorsi perceptual adalah
penafsiran kembali sebuah situasi sedemikian rupa sehingga tidak lagi dirasakan
terlalu mengancam.
2.
Selective
perception adalah kecenderungan melihat atau memperhatikan satu aspek dari
aspek-aspek situasi atau atribut seseorang yang memperkuat atau tampak konsisten dengan keyakinan, nilai
atau kebutuhan seseorang
3.
Selective
perception terdiri dari beberapa konsep yaitu selective exposure, selective
attention, perceptual defence dan perceptual blocking.
B.
SARAN
Berdasarkan dari kesimpulan diatas, penulis
mengemukakan saran sebagai berikut :
1.
Dalam mengambil kesimpulan terhadap
sesuatu kita tidak dianjurkan untuk menilai secara selektif namun kita harus
menilai sesuatu tersebut secara keseluruhan atau komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Devito, Joseph A. (1996). Human
Communication. Alih bahasa oleh Maulana, Agus. (1997). Komunikasi
Antar Manusia. Jakarta: Professional Books.
Mulyana, Deddy. (2000). Ilmu
Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. (2002).
Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Schiffman dan Lazar Kanuk. (2000). Costumer Behaviour. Prentice Hall :
Internasional Edition.
Variyanti.blogspot.in/2012/05/persepsi-konsumen-pengertian-persepsi.html?m=1.
Diakses pada tanggal 16 Desember 2014.
Komentar
Posting Komentar